Menyambangi Sudut Mercusuar Willem III Semarang yang Terlupakan (Karya: Tarisha Hasna Qabila)


Menara Mercusuar Willem III Semarang

“Mercusuar bukan hanya batu, bata, logam, dan kaca. Ada kisah manusia di setiap mercusuar; itulah cerita yang ingin saya ceritakan,”
-Elinor De Wire, Penulis

Hal pertama yang saya pikirkan waktu pertama kali mendengar bahwa Kota Semarang punya mercusuar kuno, saya terkagum-kagum. Apalagi begitu mengetahui bahwa mercusuar ini menjadi saksi sejarah kejayaan Kota Semarang sebagai pusat perdagangan. Tidak terpikirkan bahwa memang seharusnya setiap pelabuhan memiliki mercusuar. Ya, tak semua orang Semarang mengetahui keberadaan mercusuar ini.


Menara Mercusuar Willem III namanya. Menara baja bercat putih ini berada di kawasan Pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Konon, mercusuar ini adalah satu-satunya menara mercusuar yang berada di Semarang. Hingga kini, mercusuar ini masih berfungsi dengan baik memandu kapal-kapal yang akan merapat di Tanjung Mas.
Menara Mercusuar Willem III berlokasi di Jalan Bandarharjo Selatan, Kecamatan Semarang Utara. Menara yang menjadi ikon Pelabuhan Tanjung Mas Kota Semarang ini, dibangun pada masa kolonial Belanda di abad ke-19. Tepatnya, berdiri tahun 1879 dan selesai tahun 1884. Itu berarti mercusuar ini sudah berusia sekitar 137 tahun.

Nama mercusuar ini diambil dari nama pemimpin Belanda saat itu. Raja Belanda Muda Akbar Willem Alexander Paul Frederik Lodewijk van Oranje-Nassau dari Luksemburg, atau yang lebih dikenal dengan nama Raja Willem III.


Menurut informasi, Menara Mercusuar Willem III dibangun untuk merayakan Kota Semarang menjadi kota pelabuhan dan perdagangan yang maju dan ramai. Dengan adanya menara ini, kegiatan perdagangan dan pelayaran kapal-kapal yang berlabuh menjadi lebih mudah dan aman. Kapal-kapal dari Eropa yang megah memenuhi pelabuhan. Terutama pada era sebelum Perang Dunia II tahun 1930-1940, pada saat Pulau Jawa menjadi penghasil dan pengekspor gula nomor dua di dunia setelah Kuba.

Bahkan dahulu, cahaya dari lampu menara mercusuar yang tingginya 32 meter dan terbuat dari besi cetak dan baja ini bisa terlihat sampai puncak Gunung Merbabu yang berada di antara Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Semarang. Betul-betul kuat sinarnya. Tetapi sekarang, mercusuar ini hanya mempunyai daya lampu sebesar 1.000 watt dengan jarak cahayanya mencapai ±20 mil untuk memandu para pelaut menemukan jalan pulang.

Terakhir kali saya berkunjung, menara mercusuar yang sekarang jadi bangunan cagar budaya ini, belum dibuka untuk umum. Mercusuar ini dikelola oleh Distrik Navigasi Kelas II Semarang dan setiap hari dijaga oleh lima petugas untuk memastikan tetap berfungsi dengan baik.

Kabar buruknya, perlahan Menara Mercusuar Willem III ini mulai tenggelam karena penurunan air tanah. Bangunannya sudah menyusut hingga tiga meter.

Meskipun begitu, bangunan ini tetap kokoh berdiri walau beberapa bagian sudah berkarat terendam air laut.


Bangunan yang menjadi saksi sejarah perjuangan Indonesia ini terdiri dari 10 lantai dengan lantai dasar yang dipenuhi genangan air laut. Di lantai dua sampai empat, berisi banyak foto di dinding. Semuanya adalah foto dokumentasi segala aktivitas Pelabuhan Tanjung Mas dan Mercusuar Willem III ini pada masa lampau. Bahkan di foto-foto tersebut, terlihat banyak orang Belanda melakukan aktivitas di pelabuhan.

Sayangnya, mercusuar ini tak bisa dimasuki pengunjung. Berbeda dengan mercusuar di Pulau Lengkuas yang termashyur di Belitung di mana kita bisa naik hingga puncaknya. Kita harus puas memandangi mercusuar Semarang dari kejauhan.


Tapi bisa kita bayangkan, bagaimana lelahnya menyusuri anak tangga untuk naik ke lantai selanjutnya. Tangga putar yang setengah berkarat akan bergetar setiap kaki-kaki kita melangkah naik. Oksigen dalam ruangan akan terasa semakin sedikit seiring makin sempit dan curamnya anak tangga. Jangan ditanya, betapa pegalnya kaki-kaki ini, ya!

Tetapi, semua rasa lelah itu terbayar begitu kita bisa mencapai teras di atas mercusuar. Ah, rasanya ingin sekali naik ke atas! Kalian berani, tidak? Berdiri di ketinggian puluhan meter di atas tanah? Hanya berpegangan pagar pembatas?


Pejamkan mata kalian, rasakan hembusan angin kencang menyapa kulitmu dengan halus. Buka matamu perlahan, ya, mungkin lututmu akan sedikit bergetar. Tak mengapa, pegangan yang erat.


Bayangkan, pemandangan deretan kapal berbagai ukuran, lautan luas, suasana semarak pelabuhan, bahkan terlihat pemandangan hampir seluruh Kota Semarang seakan ikut memanjakan mata dan pikiran kita. Memaksa kita untuk melepas semua hal yang mengganggu di dalam kepala untuk sekejap. Betapa indahnya!


Seketika saya tersadar. Menara Mercusuar Willem III adalah bangunan cagar budaya peninggalan sejarah. Ia adalah saksi bisu perjuangan rakyat Indonesia pada masa kolonial Belanda yang menjajah negeri kita selama berabad-abad.


Hm, saya jadi teringat akan perkataan seorang penulis Amerika ternama, Elinor De Wire. Mercusuar bukan hanya batu, bata, logam, dan kaca. Ada kisah manusia di setiap mercusuar, itulah yang ingin saya ceritakan. Begitu pula mercusuar yang berdiri kokoh di tepi pantai Kota Semarang ini. Andaikan ia mampu bercerita, ia akan menceritakan sejarah bangsa kita, Indonesia. Ia akan bercerita tentang kehidupan Semarang sebagai kota pelabuhan dan pusat perdagangan yang berjaya di masa lampau.


Ya, sejarah tidak pernah benar-benar mengucapkan ‘Selamat Tinggal’; tetapi, sejarah hanya mengatakan ‘Sampai Jumpa’. Sejarah bukan milik kita; tapi kita-lah milik sejarah. Dan karena itu semua, kita sebaiknya menjaga ‘mereka’, agar tetap dikenang sepanjang masa dan tak habis terkekang oleh waktu. Semoga mercusuar Willem III ini bisa berdiri kokoh selamanya dan mampu menyapa anak cucu kita kelak di masa depan.

Daftar Pustaka

Kumparan. 2021. “5 Tempat Wisata Sejarah di Semarang, Ada Benteng yang Usianya Lebih dari Seabad”, https:// kumparan.com/kumparantravel/5-tempat-wisata-sejarah-di-semarang-ada-benteng-yang-usianya-lebih-dari- seabad-1wGuzYM935T, diakses pada 11 Agustus 202.

Dhina Cantya. 2020. “Inilah Kisah Mercusuar Willem III di Pelbuhn Tanjung Emas Semarang”, https:// www.solopos.com/inilah-kisah-mercusuar-willem-iii-di-pelabuhan-tanjung-emas-semarang-1062313, diakses pada 11 Agustus 2021.
Shani Rasyid. 2021. “Sudah Berusia 137 Tahun, Ini 3 Fakta Sejarah Berdirinya Mercusuar Willem III”, https:// www.merdeka.com/jateng/sudah-berusia-137-tahun-ini-3-fakta-sejarah-berdirinya-mercusuar-willem-iii.html, diakses pada 11 Agustus 2021.
Wikipedia. 2019. “Mercusuar Semarang”, https://id.wikipedia.org/wiki/Mercusuar_Semarang, diakses pada 12 Agustus 2021.
Audrian F. 2019. “Berkunjung ke Menara Mercusuar Willem III; Melelahkan tapi Puas”, https://inibaru.id/ adventurial/berkunjung-ke-menara-mercusuar-willem-iii-melelahkan-tapi-puas-1, diakses ada 12 Agustus 2021.
Lingkar Jateng. 2020. “4 Fakta Sejarah Mercusuar Willem III di Semarang”, https://lingkarjateng.com/ 2020/02/18/4-fakta-sejarah-mercusuar-willem-iii-di-semarang/, diakses pada 12 Agustus 2021.
Wikipedia. 2021. “Pelabuhan Tanjung Emas”, https://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan_Tanjung_Emas, diakses pada 15 Agustus 2021.
Hanif Sri Yulianto. 2020. “27 Kata-Kata Nasihat dan Inspratif dari Mercusuar”, https://www.bola.com/ragam/read/ 4424642/27-kata-kata-nasihat-dan-inspiratif-dari-mercusuar, diakses pada 19 Agustus 2021.

Aning Jati. 2021. “40 Kata-Kata Bijak tentang Sejarah, Belajar dari Masa Lalu”, https://www.bola.com/ragam/ read/4616721/40-kata-kata-bijak-tentang-sejarah-belajar-dari-masa-lalu, diakses pada 19 Agustus 2021
Naufal Fahri. Instagram@remtromol, diakses pada 19 Agustus 2021




5 thoughts on “Menyambangi Sudut Mercusuar Willem III Semarang yang Terlupakan (Karya: Tarisha Hasna Qabila)”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *