
Masuk ke perguruan tinggi merupakan impian setiap siswa. Namun, banyak sekali faktor yang harus diperhatikan sebelum memilih perguruan tinggi yang tepat. Faktor utamanya ialah bakat, minat, dan potensi siswa. Selain itu, dukungan orang tua juga sangat berpengaruh. Maka dari itu, perlu keselarasan antara orang tua, siswa, maupun sekolah untuk menuju satu tujuan yang sama, yaitu diterimanya siswa di perguruan tinggi yang diimpikan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, SMA Islam Hidayatullah mengadakan webinar dengan tema “Kiat Sukses Mendampingi Anak Masuk Perguruan Tinggi”, yang dilaksanakan pada Sabtu, 19 September 2020 via zoom. Peserta dari kegiatan ini adalah orang tua/wali siswa kelas XII, wali kelas dan pendamping wali kelas XII, serta guru yang mengajar di kelas XII.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian layanan siswa kelas XII untuk membantu mengarahkan masuk ke perguruan tinggi yang sesuai dengan minat, bakat, dan potensi siswa. Rangkaian kegiatan yang lain ialah psikotes, penyampaian hasil psikotes secara personal, dan seminar parenting.
Pemateri dalam kegiatan ini ialah Ibu Nurina, S.Psi., M.Psi., Psikolog., CHA., CGA. Beliau merupakan psikolog di SMA Islam Hidayatullah. Dalam acara ini, beliau membantu orang tua/wali murid kelas XII untuk membaca hasil psikotes yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

“Program ini merupakan bentuk tanggung jawab sekolah untuk mengantar siswa ke gerbang studi lanjut. Tujuannya ialah untuk menyelaraskan antara jurusan yang dipilih dengan bakat dan potensi siswa. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan petunjuknya untuk kita dalam melaksanakan kiprah yang mulia ini.”, tutur Ibu Etik Ningsih, S.Pd., kepala SMA Islam Hidayatullah.

Pada sesi tanya jawab, ada beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh orang tua/wali murid. Salah satunya ialah pertanyaan dari Ibu Yayun, ibunda dari ananda Aulia XII MIPA 2. Beliau menanyakan setelah hasil psikotes keluar, adakah kemungkinan kondisi psikolog siswa berubah suatu saat, misal setelah kuliah satu semester tiba-tiba si anak bosan dan meminta pindah jurusan.
“Apabila anak-anak pada saat mengerjakan psikotes dalam keadaan yang sungguh-sungguh, maka beberapa tahun ke depan hasil psikotesnya akan tetap sama. Andai pun mengalami perubahan, itu sedikit. Pada psikogram bisa dilihat aspek stabilitas. Jika aspek stabilitas emosi baik, maka perubahan seperti anak ingin pindah jurusan itu “minim”. Namun jika aspek stabilitas emosi buruk, maka akan ada pendampingan secara personal.”, tutur Ibu Nurina.