Tidak terasa, tiga hari lagi kita akan bertemu kembali dengan Bulan Ramadhan. Untuk menyambut datangnya bulan penuh rahmat tersebut, ROHIS SMAHA menggelar sebuah kajian tarhib ramadhan bertajuk “Reset Iman, Reboot Amal, Upgrade Takwa”. Kajian targhib ramadhan diselenggarakan di aula SMAHA pada Selasa, 25 Febuari 2025.
Kajian targhib ramadhan diikuti oleh seluruh siswa, guru, dan karyawan yang antusias untuk menyambut bulan penuh berkah dengan persiapan terbaik. Sejak pagi, mereka sudah menempatkan diri di lokasi acara. Dengan penuh semangat, mereka membawa iPad untuk mendokumentasikan ilmu yang disampaikan.
“Fisik dan mental merupakan dua hal yang sangat penting dalam menyambut Bulan Ramadhan. Mental merupakan suatu hal yang didasari oleh ilmu. Untuk itu, pagi ini kita akan menimba ilmu bersama Ustadz Riyadh Ahmad agar dapat menyambut Bulan Ramadhan dengan penuh iman”, ujar Bapak Muhammad Nur Huda, S.Pd.I., selaku pembina ROHIS sekaligus PP Keagamaan SMAHA.
Kajian ini menghadirkan Ustadz Riyadh Ahmad sebagai pembicara utama yang memberikan tausiyah inspiratif terkait persiapan menyambut bulan suci Ramadhan. Dalam ceramahnya, Ustadz Riyadh Ahmad menjelaskan bahwa Ramadhan adalah momentum terbaik untuk melakukan reset terhadap keimanan, reboot terhadap amal ibadah, dan upgrade terhadap ketakwaan kepada Allah SWT.
“Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh rahmat. Di dalam bulan tersebut terdapat satu malam yang sangat mulia yang disebut malam lailatul qadr. Satu malam lailatul qadr memiliki kekuatan 1000 bulan atau sama halnya 83 tahun. Untuk itu kita harus bisa mengupgrade ketakwaan kita”, ujar Ustadz Riyadh.
Beliau menyampaikan jika ketakwaan terbagi menjadi dua, yaitu habluminallah dan habluminannas. Ketakwaan diibaratkan seperti pakaian manusia. Habluminallah ibarat pakaian yang menutup tubuh dari bagian pusar ke atas. Sedangkan habluminannas ibarat pakaian yang menutup tubuh dari pagian pusar ke bawah. Untuk itu, agar kita berpakaian secara sempurnya, Ustadz Riyadh mengajak jamaah kajian untuk dapat menjalankan habluminallah dan habluminannas dengan baik.
“Bau mulut orang puasa menurut Allah itu wangi seperti minyak kasturi. Bau mulut orang puasa dibuat tidak enak agar manusia mengurangi/hanya secukupnya saja interaksi dengan manusia. Hal tersebut dikarenakan Allah merindukan suara dzikir, istighfar, sholawat, dan membaca Al Quran saat ramadhan”, tambah Ustadz Riyadh.
Semoga melalui kajian ini dapat menjadi awal yang baik bagi keluarga besar SMAHA dalam menyambut Ramadhan dengan semangat baru dan ilmu yang didapat bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan Ramadhan tahun ini lebih bermakna.