Antara Tugas, Cinta, dan Cerita di SMAHA

cerita dan cinta guru

Kalau ada yang bertanya, apa yang paling membekas menjadi guru di SMAHA? Maka saya akan menjawab, terlalu banyak untuk ditulis-terlalu sayang untuk dilewatkan, wow... Pada momen HUT SMAHA (SMA Islam Hidayatullah) yang ke-26 ini, ingin rasanya menyampaikan sekelumit cerita dari perjalanan saya, yang sebenarnya jika ditulis jadi buku, mungkin sudah masuk cetakan ke sekian, dengan bab-bab yang penuh warna, dari yang serius sampai yang… agak drama, hehe.

Saya mulai mengabdi di Yayasan Abul Yatama, Lembaga Pendidikan Islam Hidayatullah ini sejak tahun 2003, lumayan lama juga ya, ternyata, hihi. Tepatnya di SMP Islam Hidayatullah sebagai guru Bahasa Inggris. Enam tahun berselang, saya dimutasi ke SMA Islam Hidayatullah dan sejak saat itu, hidup saya tidak lagi sama. Perpindahan ini bukan hanya soal mengajar remaja yang lebih menantang, tapi juga soal menemukan dinamika yang luar biasa, lingkungan yang penuh tantangan, dan tentunya… segudang cerita yang kalau diceritakan semua, nanti bisa sampai 12 episode seperti cerita serial drakor.

SMAHA bukan tempat biasa. Ia adalah ruang yang hidup, tempat ide-ide tumbuh, mimpi-mimpi dibentuk, dan kadang juga tempat kehilangan flashdisk (wow jadulnya…) yang isinya RPP lengkap. Tapi di balik semua itu, saya menyaksikan sendiri betapa solidnya sinergi di antara kepala sekolah, guru, staf, dan siswa. Manajemen yang visioner berpadu dengan semangat kekeluargaan yang tak dibuat-buat. Dari sinilah lahir prestasi demi prestasi, baik di tingkat akademik dan nonakademik. Semua berjalan bukan karena keajaiban, tapi karena komitmen dan kolaborasi yang luar biasa.

Tentu, dalam perjalanan ini ada hari-hari yang melelahkan, ada juga yang sangat membahagiakan. Tapi semuanya terasa seimbang, karena di sinilah, saya tidak hanya menemukan panggilan profesi, tapi juga menemukan jodoh saya (ih maluuu). Ya, betul, di sini, di SMAHA! Ini salah satu dari sekian banyak keberkahan yang saya dapatkan selama menjadi bagian dari keluarga besar SMAHA.

Salah satu bab terfavorit saya selama di SMAHA adalah “interaksi dengan siswa”—alias bab yang kadang absurd, kadang ajaib, tapi hampir selalu mengundang tawa.

Gaya belajar mereka yang unik. Ada yang serius dan duduk manis, ada yang aktif bertanya, ada yang muter dari sudut ke sudut. Pernah ada momen di mana saya tanya, “Which part don’t you get it?” (Bagian mana yang belum paham?), lalu di baris belakang kompak menjawab, “All Ma’am” Sebuah pencapaian luar biasa—karena setidaknya mereka jujur.

Ada juga momen-momen haru campur lucu: seperti siswa yang tiba-tiba minta nasihat jodoh di sela jam istirahat, hehe atau yang datang membawa hadiah kecil pada momen hari guru, sambil berbisik, “I love you, Ma’am.” Rasanya campur aduk, haru, pengin nangis, dan bahagia. Di tengah segala tugas administrasi, deadline nilai, dan seabreg kegiatan, seperti projek, Live In dan lain-lain, merekalah penyegar jiwa. Mereka mungkin tak jarang bikin pusing, tapi justru di situlah letak seninya, bahwa mendidik bukan hanya tentang memberi ilmu, tapi juga tentang mengerti, empati, tertawa bersama dan tumbuh bersama. Selain itu, interaksi bersama teman-teman guru yang remeh, yang receh, yang mendalam—adalah bahan bakar semangat saya setiap hari. Bersyukur, memiliki teman-teman “Tim SMAHA Hebat” yang saya sebut the great dream team I’ve ever had.

Satu ungkapan dari sahabat Nabi yang selalu saya pegang, “Ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau, sedangkan harta, engkau yang harus menjaganya” (Ali Bin Abi Thalib RA). Di SMAHA, saya melihat ilmu menyala setiap hari. Ilmu berbuah energi untuk semangat belajar, semangat berbagi, dan semangat menjadi pribadi yang lebih baik. Saya bangga menjadi bagian dari lingkungan yang tidak hanya religius dan positif, tetapi juga menyenangkan, mendukung, dan penuh tawa. Bahkan ketika sedang penat, satu candaan ringan di ruang guru saja bisa menjadi penyelamat hari.

Terima kasih yang sebesar-besarnya saya haturkan kepada semua pihak—kepala sekolah, rekan guru, staf, siswa-siswi, bahkan wali murid dan semua yang pernah berbagi langkah dalam cerita ini. SMAHA bukan hanya tempat saya bekerja, tapi juga tempat saya bertumbuh dan mengenal makna pengabdian dengan cara yang paling tulus dan manusiawi.

Semoga SMAHA senantiasa dalam lindungan Allah, terus menjadi taman ilmu yang subur dan rumah nilai yang teduh untuk siapa saja yang pernah singgah. Amin. (Nunung SMAHA)