SMAHA Adakan Workshop Penulisan Soal

Pada paradigma baru, asesmen dipakai bukan lagi sekadar sebagai alat penghasil nilai, melainkan sebagai bentuk umpan balik perbaikan pembelajaran serta alat untuk memantau dan memonitor kualitas pembelajaran. Untuk itu, asesmen perlu dilaksanakan dengan mempertimbangkan perkembangan setiap individu murid. Selain itu, untuk memenuhi regulasi terbaru, asesmen juga diharapkan sudah berbasis literasi. Hal ini selaras dengan kebijakan pemerintah terkait dengan pelaksanaan AKM dan UTBK. Kedua bentuk asesmen tersebut, meletakkan asesmen literasi membaca sebagai bagian utama instrumennya. 

Untuk menjawab perkembangan asesmen tersebut, guru harus mempunyai kompetensi dalam menyusun instrumen soal dengan tipe HOTS. Guru juga diharapkan dapat menyusun instrumen asesmen yang berbasis literasi dengan model AKM dan atau UTBK. Untuk itulah, Sabtu (5/8/2023) SMA Islam Hidayatullah mengadakan workshop terkait penyusunan instrumen asesmen berbasis literasi dengan model AKM atau UTBK.

Peserta workshop mendengarkan penjelasan narasumber terkait penulisan soal.

“Setiap guru harus memahami bagaimana ketentuan penulisan soal. Konstruksi soal harus tersusun atas stimulus, pertanyaan/pernyataan, dan jawaban,” papar Ibu Suwarni, M.Pd. Narasumber workshop yang sekaligus juga merupakan penulis berstandar nasional Pusmendik. Lebih lanjut beliau juga menjelaskan bagaimana menulis soal yang berstandar nasional yang berbasis soal AKM, mulai dari penjelasan konten, konteks, dan level soal yang menjadi bagian penting dalam menyusun instrumen asesmen literasi.

“Bapak/Ibu bisa menggunakan beberapa sumber yang valid untuk membuat konten soal. Apabila di dalam konten soal terdapat istilah kata, bisa diberikan glosarium dari istilah  tersebut,” tutur Bu Warni lebih lanjut.

Ada enam hal yang harus diperhatikan dalam penulisan soal literasi membaca, antara lain soal harus sesuai dengan indikator, soal harus kreatif dan orisinil, soal pilihan ganda komplek harus mencantumkan perintah soal, soal harus menggunakan kalimat yang efektif dan komunikatif, pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar, serta pokok soal tidak mengandung makna ambigu. 

Tidak hanya memberikan penjelasan terkait materi, Bu Suwarni juga memberikan contoh-contoh soal AKM. Beliau mengajak peserta workshop untuk mencoba menelaah soal tersebut. “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi saya. Melalui pelatihan ini, saya memiliki gambaran bagaimana membuat soal yang berstandar nasional berbasis literasi model AKM,” tutur Bu Annisa, salah satu guru SMAHA.